Gunung Bromo Keindahan Ciptaan Sang Maha Besar
Cerita wisatawan berkunjung ke gunung Bromo naik motor dari kota Malang takjub dengan keindahan ciptaanNya. By DH Setiawan
Rasanya tidak pernah bosan untuk pergi ke gunung Bromo. Keindahan alamnya bak lukisan ciptaan Sang Maha Besar. Terutama di pagi hari pasca terbitnya matahari. Kabut putih laksana permadani tampak dari puncak Pananjakan. Belum lagi indahnya matahari terbit.
Hari itu kami berangkat pukul 12 malam dari Malang. Perjalanan menuju gunung bromo hanya memakan waktu sekitar 1 jam saja dari Kota Malang. Kami sudah bersiap dengan dinginya perjalanan malam. Persiapan keberangkatan kami sudah lebih matang. Disamping jaket dan sleeping bag, tidak lupa membawa perbekalan secukupnya.Sekitar pukul 00.30 wib kami sampai di perbatasan Malang. Tepatnya di Lawang. Salah satu Kecamatan paling Utara kabupaten Malang. Kami berhenti sejenak di SPBU sambil memastikan bahan bakar motor kami cukup untuk pergi pulang. Sambil istirahat menunggu waktu lebih pagi. Tepat pukul 01.00 wib. Kami melanjutkan perjalanan.
Sebenarnya memasuki daerah lawang suhu sudah terasa semakin dingin. Sepanjang perjalanan tampang lengang, hanya sesekali berpapasan dengan kendaraan lain. Maklum hari sudah sangat larut dan suhu udara luar sangat dingin sekali. tanpa terasa 30 menit kami melaju sudah sampai pemberhentian terakhir di terminal menuju Bromo.
Banyak sekali orang yang sudah menunggu untuk masuk ke wilayah gunung Bromo. Pintu gerbang menuju kawasan Bromo di buka pukul 03.00. sebagian besar orang2 beristirahat sejenak sambil minum kopi untuk menghangatkan badan. Di terminal ini merupakan batas terakhir kendaraan selain motor yang boleh masuk. Untuk yang membawa kendaraan roda 4 harus beralih ke kendaraan Jeep 4×4 yang di desain khusus untuk wilayah pegunungan.
Begitu pagar di buka, berhamburan pengunjung menuju lokasi untuk menyaksikan panorama gunung Bromo. Tujuan pertama kali mereka adalah Pananjakan. Salah satu wilayah di ketinggian sebelah timur gunung Bromo. Dari pananjakan inilah pengunjung dapat melihat matahari terbit dan melihat gunung Bromo dari ketinggian.
Suhu yang dingin seakan menusuk-nusuk tulang. Untuk mengurangi hawa dingin saya memakai pakain dan jaket rangkap. Tibalah waktu subuh, saya ambil air Wudhu…wuiiih airnya sedingin es…..sholat di tempat terbuka seperti ini benar-benar memberi kesan yang luar biasa. Apalagi di tempat dimana bisa melihat kekuatan Allah secara langsung melalui ciptaanNya.
Tibalah waktu matahari muncul (sunrise). Para pengunjung mulai memadati sisi timur. Beberapa sudah mempersiapkan kamera untuk mengabadikan moment yang luar biasa tersebut. Pemandangan yang luar biasa. Apalagi setelah itu tampak pemandangan gunung bromo di selimuti awan putih di bagian lembahnya. Beberapa kali saya bertemu dengan pengunjung mancanegara mereka sangat takjub menyaksikan pemandangan itu.
Puas dengan pemandangan di pananjakan, perjalanan kami lanjutkan turun ke lautan pasir. Rute perjalanan pulang kami adalah lewat jalur Ngadas, Gubug Klakah, Tumpang, dan ke arah kota Malang. Pemandangan arah pulang juga tidak kalah fantastis. Sepanjang lautan pasir kami di suguhi dengan pemandangan yang luar biasa indah. Tebing-tebing, gumuk pasir, dan ada lembah telettubis. Dinamakan lembah telettubis karena mirip dengan gunung dan lembah di film teletubbis.
Akhirnya setelah perjalanan kira2 tiga jam. Sampailah kami di rumah, dan saya merasa ini bukan kunjungan yang terakhir kalinya ke Bromo……